Pertama Jumpa

a

Terpaan angin membawa debu sampai ke langit. Lalu debu-debu itu sedikit masuk ke ujung pelupuk mataku. Itu membuat mataku berkedip cepat dan sedikit berair.

Lukisan langit berwarna biru saphire dikelilingi awan selembut kapas memanjakan mataku yang gelap. Sorotan matahari kala itu tidak begitu terik. Cuaca yang cukup cantik untuk memulai hari.

Kulangkahkan kaki dengan mantap ke suatu ruang yang kusebut ruang kelas. Ruangan berbau lembab karena kekurangan sinar matahari. Kududuk di kursi kayu nan dingin, pertanda kursi itu telah lama tak disinggahi siapa pun. Mataku berpendar menatap suasana asing di sekelilingku.

Mungkin takdir telah diatur sedemikian rupa, sehingga aku dan ia berada pada satu garis lurus; saling duduk berhadapan. Continue reading