Kemiripan Tarian Suku Amerika dan Tarian Suku Dayak Kenyah

1

Kevin Locke @america (19/8/2014)

Pada hari Selasa (19/8) saya bersama rombongan Komunitas Menulis Rumah Dunia, Komunitas Sejarah Serang, dan puluhan siswa SMK Muhammaddiyah Cilegon mendatangi sebuah acara yang digelar oleh @america, tepatnya di Mall Pacific Place, Jakarta. Sesampainya di tempat, rombongan lain yang terdiri dari 56 mahasiswa Universitas Pendidikan Bandung pun turut hadir dalam acara ini.

2

Kevin Lecke menarikan tarian Suku Amerika (19/8/2014)

Acara kali ini sangatlah menarik, yakni kita akan berdiskusi mengenai sejarah suku asli Amerika atau biasa disebut sebagai suku Lacota bersama Kevin Locke. Kevin Locke pun tampil di atas panggung dengan mengenakan pakaian adat suku Lacota. Pertama-tama Kevin memainkan seruling dengan alunan musik khas suku tersebut dan mampu menghipnotis puluhan penonton di @america. Selanjutnya Kevin menyiapkan puluhan Hoop—alat yang digunakan untuk tarian adat suku Amerika berbentuk lingkaran yang terbuat dari rotan—yang terdiri dari beberapa warna seperti kuning, merah, putih, dan hitam. Ketika lagu pengiring tarian dimainkan, Kevin mulai menari dengan gerakan berputar sambil memainkan Hoop, setiap menit Hoop yang dipakai semakin bertambah ditangannya dan membentuk pola seperti bunga, bintang, kupu-kupu, elang dan sebagainya.

Tak terasa tarian itu berakhir, para hadirin dibuat terpukau. Kevin mendapat tepuk tangan yang sangat meriah. “Tarian ini membuat saya pusing,” ungkapnya dengan sedikit bercanda membuat penonton serempak tertawa.

Tarian tersebut menggambarkan simbol kehidupan. Di mana empat warna Hoop mewakili empat musim, kerangka matahari sebagai sumber energi, elang bermakna cita-cita yang tinggi, dan masih banyak lagi.

3

Amtusiasme peserta bersama Kevin Locke (19/8/2014)

Kemudian Kevin mengajak 15 penonton baik laki-laki dan perempuan untuk menari bersama.  “Hanya 10 menit,” katanya. Lalu mereka beridiri di atas dan di bawah panggung sambil menghadap Kevin. Lagu mulai berputar, awalnya tarian yang menggunakan Hoop itu terlihat mudah, namun rupanya mereka dibuat agak kerepotan ketika harus melempar, memutar, atau menyatukan Hoop dibagian kaki atau tangan. Tak bisa dipungkiri pertunjukan itu membuat tawa penonton meledak.

4

Tarian Suku Dayak Kenyah (19/8/2014)

Selanjutnya ada penampilan tarian suku Dayak Kenyah, Kalimantan Tengah. Tarian tersebut juga sama-sama mengadaptasi dari alam, tidak jauh berbeda dari tarian suku Amerika. Di samping itu, penonton sempat dibuat terkejut lantaran salah satu penari yang membawa tombak kerap kali membuat aksi nakal, seperti saat ia berpura-pura meniup sebuah duri panjang dari tombak tersebut yang ditujukan kepada penonton, sontak membuat suasana riuh di ruangan itu. Namun aksi pria paruh baya tersebut sangat menghibur.

5

Sesi diskusi (19/8/2014)

Saat sesi diskusi dibuka, beberapa hadirin mengajukan pertanyaan kepada para narasumber. Kesimpulan yang didapat dari diskusi tersebut baik mengenai suku Amerika maupun suku Dayak Kenyah yakni keduanya mengambil pendekatan budaya dari lingkungan.

“Melihat dari kedua suku ini, pertunjukan budaya sangat kuat mengadaptasi kebijakan alam, pengetahuan menghargai alam. Dan, betapa manusia harus menghargai alam untuk mendapatkan pengetahuan, melestarikan, dan mencintai lingkungan.” Ucap Dave, salah satu narasumber.

Sebagai tambahan, Kevin Locke dan rekannya akan membuat sebuah film dokumenter mengenai suku di pedalaman Kalimantan bersama Papillius, ketua suku Dayak Kenyah. Di mana film dokumenter ini akan mengungkap bagaimana keindahan hutan Kalimantan dan kehidupan suku di dalamnya. (Atika Hwang)

Leave a comment